Ad Space

Responsive Advertisement

Efek Gangguan Tidur Pada Sistem Pernafasan

Pendahuluan
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafrakma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.

Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafrakma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan. Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
  1. Interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
  2. Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
  3. Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
  4. Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
  5. Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas.
  6. Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.

Tidur Fisiologis
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.

Hasil Penelitian
Sleep apnea adalah sejenis gangguan tidur yang sering ditemukan terutama dikalangan pria dengan postur tubuh gemuk dan berusia diatas 40 tahun. Gangguan ini disebabkan karena seseorang menjadi sering terjaga dari tidurnya karena pernafasannya terhenti dan seringkali diikuti dengan kebiasaan mendengkur.
Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal Sleep, peneliti menyimpulkan bahwa risiko mengalami kematian dini tercatat hingga 3,2 kali lipat lebih tinggi diantara penderita sleep apnea parah. Kesimpulan ini  diperoleh setelah peneliti memantau lebih dari 1.500 orang pria dan wanita  berusia 30 sampai 60 tahun. Partisipan ini dipantau selama 18 tahun dan diperiksa sejak penelitian dimulai apakah mereka mengalami gejala sleep apnea.
Selama pemantauan, tercatat  80 orang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 19 persen di antaranya adalah mereka yang menderita sleep apnea tingkat parah. Sedangkan persentase mereka yang meninggal tanpa mengalami sleep apnea hanya 4% saja.
Para ahli menemukan risiko kematian secara prematur  meningkat ketika gangguan tidur atau sleep apnea semakin parah. Hasil temuan ini, kata mereka, mengindikasikan pentingnya dilakukan perlindungan dari  risiko kematian melalui pengobatan  yang tepat untuk mengatasi sleep apnea, seperti penggunaan alat bantu (CPAP/Continuous Positive Airway Pressure) untuk menjaga aliran udara selama tidur tetap lancar dan mencegah terhentinya pernafasan.
Ketika para partisipan yang secara teratur menggunakan CPAP untuk mengatasi sleep apnea tidak lagi dilibatkan dalam studi analisisa, risiko kematian dapat meningkat hingga 3,8 kali lipat di antara mereka yang membiarkan sleep apnea tidak tertangani dengan serius.
Peneliti mencatat, hubungan antara sleep apnea dan kematian akibat serangan jantung begitu kuat. Sekitar  42 persen kematian pada partisipan penderita sleep apnea tingkat parah diakibatkan serangan jantung, dan risiko kematian akibat sakit jantung  tercatat lima kali lebih tinggi di antara mereka  yang gangguan sleep apnea dibiarkan ketimbang partisipan yang tidak mengalami sleep apnea.

Daftar Pustaka
http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/03/18232547/gangguan.tidur.bisa.mematikan.
http://id.wikipedia.org/wiki/sistem pernafasan.
Japardi, Iskandar , Gangguan Tidur , Medan : Fakultas Kedokteran USU.
0 Komentar untuk "Efek Gangguan Tidur Pada Sistem Pernafasan"

tulis komentar anda di sini..

Back To Top