Ad Space

Responsive Advertisement

Jika Anak Takut Pada Ayah

Koreksi diri, kenapa anak sampai takut pada orang tuanya sendiri. Rasa takut akan membuat anak tertekan dan bisa menumbuhkan bibit kebencian.

"Awas, jangan sentuh tas Ayah! Banyak barang penting, nanti rusak." Atau, "Cepat mandi. Nanti Ayah marah, lo!" Bila kata-kata kasar seperti ini sering keluar dari mulut orang tua, jangan salahkan anak jika ia punya perasaan tak aman dan nyaman bila berada dekat ayahnya. Habis, sang ayah selalu digambarkan sebagai sosok galak, suka marah, dan sebagainya.

Rasa takut, jelas Dra. Evita Adnan, M.Psi., staf pengajar di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Jakarta, merupakan keadaan emosi yang diperoleh anak setelah dia berinteraksi dengan lingkungan. Bila interaksinya tidak mengenakkan dan cenderung menekan, ketakutan pun akan muncul dengan sendirinya. "Anak, kan, butuh rasa sosial. Pada balita, rasa itu terutama datang dari orang tuanya lewat belaian, sentuhan, teguran, atau sekadar menatap senang. Bila rasa itu tak terpenuhi, timbul jarak antara orang tua dengan anak"

Apalagi, tambah Evita, jika orang tua selalu marah-marah di depan anak, pasang wajah dingin atau sering mencibir. Lama-lama anak enggan mendekat dan wajar saja kalau ia ketakutan meski orang tuanya tak melakukan apa pun padanya. Kehangatan yang seharusnya diterima anak, berubah jadi suasana tertekan.

BENIH KEBENCIAN

Padahal, penting bagi orang tua untuk sadar, anak usia ini punya rasa ingin tahu yang besar lewat eksplorasinya. Ia kadang tak paham, usai kerja, orang tua merasa letih. Dasar anak kecil, ia akan bertanya apa saja. Alhasil, si ayah yang capek dan mungkin lagi punya masalah di kantor, menjawab dengan hardikan, "Sudah, jangan tanya-tanya terus. Papa capek!"

Alhasil, di benak anak tumbuh konsep, orang tuanya galak, angkuh, tidak melindungi, maunya marah-marah, dan seterusnya. "Ini yang kerap tak disadari orang tua. Kelihatannya sepele, tapi bisa jadi pengalaman buruk bagi anak yang akhirnya melahirkan rasa takut."

Ketakutan itulah, saran Evita, yang harus bisa dihilangkan oleh orang tua. Antara lain dengan cara menyesali perbuatan dan menerangkan apa yang sebetulnya terjadi. "Kemarin Papa lagi capek, jadinya kedengaran galak. Maafkan Papa, ya." Ubah sikap galak atau kasar dan kembali ciptakan suasana hangat.

Pendek kata, jangan biarkan anak terus-menerus takut pada orang tuanya yang sedikit-banyak bisa mempengaruhi rasa percaya dirinya. Ia jadi ragu menentukan sikap karena sudah terbiasa takut kepada orang tuanya. Sikap ini bisa terbawa ke luar. Ia selalu merasa cemas, jangan-jangan orang lain marah akan perbuatannya.

Bisa juga rasa takut tadi terbawa hingga dewasa. Bila melihat orang marah-marah, dia akan teringat pada orang tuanya, sehingga muncul benih-benih kebencian. "Soalnya, rasa benci itu tersimpan terus di otak. Bisa saja setelah dewasa, anak jadi tak peduli pada orang tuanya," jelas Evita. Kemungkinan lain, anak akan menerapkan hal sama pada anak-anaknya kelak. "Umumnya, sih, jarang terjadi karena ia justru sadar dan tahu dampaknya, sehingga tak akan menerapkannya pada anak-anaknya kelak."
0 Komentar untuk "Jika Anak Takut Pada Ayah"

tulis komentar anda di sini..

Back To Top